foto: Istimewa |
Sang
ayah yang juga guru besar dan dekan fakultas ekonomi UI di Salemba itu telah
menyumbangkan pemikiran ekonomi campuran. Menurut istilah Soekarno, Muhammad
Hatta dan Muhammad Syahrir,
itu adalah Ekonomi Pancasila atau ekonomi kerakyatan seperti yang termaktub
dalam UUD 1945 pasal 33.
Sejak
kecil Prabowo dididik sang kakek tentang perjuangan. Mencontohkan
kedua pamannya yang
gugur di medan perang pada hari yang sama, 26 Januari 1946. Prabowo kecil
sering diajak mengunjungi makam kedua pamannya, Subianto dan Suryono yang gugur
dalam Peristiwa Daan Mogot yang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot di Taman
Makam Pahlawan,
Tangerang. Dari kedua sosok itulah darah nasionalisme Prabowo terbentuk.
Prabowo
kecil sering disuguhi cerita wayang oleh sang kakek. Kisah Mahabharata tak
asing baginya. Juga tentang Majapahit, Gajah Mada, Sriwijaya, Diponegoro,
Sudirman dan Bung Karno. Itu pula yang menstimulasi lelaki ini untuk terus
tumbuh nasionalismenya.
Pada
tahun 1957/1958 terjadi pergolakan ideologis
di negeri ini. PKI kala itu semakin kuat dan terjadi pertentangan antara
kiri (komunis) dan kanan (agama dan
pancasila). Ayah Prabowo yang anti komunis, bergabung dengan partai sosialis dan bekerjasama dengan partai
tengah. Akibat itu rumahnya sempat diserang
massa PKI karena dianggap anti komunis. Prabowo dan
keluarga ikut PPRI ke Sumatera, dan karena PPRI kalah, mereka terpaksa mengungsi dan melanglangbuana di Singapura.
Prabowo
sempat sekolah di Sekolah Inggris (saat itu Singapura masih jajahan Inggris).
Prabowo juga sempat bersekolah di Sekolah Inggris di Hongkong hingga di Swiss.
Sebagai satu satunya murid yang bukan kulit putih,ejekan pun kerap diterimanya.
Saat
usianya masih 14 tahun, seorang teman di sekolahnya di Swiss bertanya, “Where
are you come from?” Prabowo menjawab, “Im from Indonesia”. Apa jawab
mereka? “Oh your people still live on trees?”
Ejekan-ejekan
itu yang membangkitkan nasionalisme Prabowo. Sejak itu ia bercita-cita untuk
menjadikan negerinya, Indonesia, sebagai negeri terhormat, bangsa yang
bermartabat, kuat dan modern.
Pemikiran
ekonomi pancasilais sang ayah sangat melekat di benak Prabowo. Ia merupakan
penentang konsep globalisasi. Menurutnya, sistem ekonomi Indonesia setelah
tahun 1998 telah keblabasan. Ia bercita-cita agar Indonesia kembali ke sistem
ekonomi kerakyatan. Pangan menjadi concern utamanya.
Dari
awal Prabowo kerap memperingatkan penguasa, bahwa pangan harus dipandang
sebagai persoalan strategis. Dan itu terbukti, dalam lima tahun terakhir harga
pangannaik 30 persen. Ia
berpendapat, pangan adalah masalah hidup matinya suatubangsa. “Kita bisa
hidup tanpa gedung pencakar langit dan mobil, tapi tidaktanpa beras, jagung,
dan singkong,” katanya.
Menurutnya,
Indonesia memiliki lahan yang cukup banyak, ekosistem dan iklim yang cocok
untuk pertanian. Zona negara tropis seperti Indonesia bisa tiga kali panen
dalam setahun. Jika pertumbuhan pohon di negara non-tropis itu butuh 25 tahun
untuk ditebang, negeri ini cukup lima tahun. Keunggulan di pertanian ini
seharusnya dikelola dengan
telaten, teliti dan komprehensif.
Produksi pangan jangan diserahkan ke pasar, apalagi sampai ketergantungan
impor. Sebab, katanya, sejak dulu bangsa lain datang dan mengambil kekayaan
Indonesia.
Prabowo
optimis Indonesia mampu mengulang kejayaan di masa swasembada pangan. Saat itu
banyak bangsa asing belajar ke Indonesia mengenai bimas, bulog, dan swasembada.
Yang perlu dilakukan ialah membina petani dan penyuluh di setiap desa.
Menghidupkan kembali Koperasi Unit Desa (KUD). Serta perbaikan sarana pertanian
seperti irigasi dan distribusi pupuk.
Pupuk
yang saat ini dibuat oleh pabrik pupuk milik negara modal kerjanya juga berasal
dari rakyat. Sayangnya, distributornya malah perusahaan asing.
Koperasi
seharusnya digalakkan kembali sebagaimana zaman Soeharto. Menurut Prabowo,
koperasi adalah alat pemerataan, memperkuat yang lemah. Tapi bukan berarti
melemahkan perusahaan swasta. Sesuai paham pancasila, swasta tetap
dipersilahkan maju, dan sektor yang lemah diberdayakan melalui koperasi.
Swasta, BUMN, dan koperasi dapat bergerak bersama-sama seperti di Negara Korea,
Thailand, Malaysia, Vietnam, dan China.
Ketahanan
pangan yang memprihatinkan itu mendorong Prabowo untuk masuk ke dalam agar bisa
mengubah keadaan. Pengertian politik yang dipelajarinya dari Miriam Budiarjo adalah keinginan untuk memperbaiki kondisi
masyarakat. Dengan masuk ke dalam politik, maju untuk rakyat, maka dapat
meminta mandat kepada rakyat untuk berkuasa.
Selain
sisi nasionalis dan disiplin, sosok yang dikenal sebagai mantan menantu Soeharto dan Danjen Kopassus ini juga penyuka
binatang. Ia kerap menunggang kuda disela-sela
kesibukannya. Baginya, kuda adalah lambang
keberanian. Di rumahnya di bukit Hambalang ia juga memelihara berbagai burung, ikan serta tanaman.
Dan
karena lahir di masa heroisme, sejak kecil Prabowo sudah menyukai sejarah serta
bercita-cita menjadi tentara. Pasca 1998 namanya sempat redup, namun Prabowo
adalah sosok yang banyak bersyukur. Sebab baginya pangkat hanyalah ‘sampiran’.