Selasa, 11 Juni 2013

PERKEBUNAN

SE Ciptakan Kopi & Kakao Unggul

                                                                                              Foto : knappp.ristek.go.id


Irsa Pitri

Jakarta, AGROFARM - Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) mengakui kesulitan dalam  pengembangan bibit unggul untuk tanaman kopi dan kakao. Namun, semua itu berubah setelah mencoba sebuah sistem bernama Somatic Embryogenesis (SE). Somatic Embryogenesis sendiri adalah sistem yang bertujuan untuk meningkatkan produksi bibit dalam skala yang besar.

Menurut Direktur Puslitkoka, DR. Ir. Teguh Wahyudi, M.Eng, Indonesia memiliki banyak jenis kopi unggulan yang produksinya masih terbilang kecil.  Sistem ini akan berguna memunculkan kopi unggulan di Indonesia. "Walaupun  Teknologi ini  baru digunakan, kami memiliki rasa percaya diri terhadap sistem ini karena mampu meningkatkan produksi bibit secara signifikan. Sistem ini juga telah memberikan kami solusi untuk mengembang-biakkan bibit unggul dari tanaman kopi serta kakao," jelas Teguh.

Sistem ini kata Teguh, memiliki keunggulan diantaranya mampu mempertahankan sifat dari sebuah bibit unggul, dan mengembangbiakkannya dengan kapasitas yang lebih tinggi. Khusus untuk kakao, salah satu contoh perbedaan bibit yang sangat mencolok antara yang menggunakan Somatic Embryogenesis  dan asal sambung, adalah dengan bibit SE akan tumbuh batang terlebih dahulu baru menyusul cabangnya.




Digelontor Vietnam Harga Karet Anjlok

                                                                                                              Foto : liputanbisnis.com                  

Beledug Bantolo

Jakarta, AGROFARM - Hasil International Tripartite Rubber Council (ITRC) tidak efektif. Kerjasama tiga negara,  yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia yang sepakat mengurangi produksi dan volume ekspor karet itu tidak sesuai harapan. Harga karet di pasar internasional yang lesu karena permintaan turun, tidak mampu direm. Itu karena Vietnam menggelontor produksinya.


                                   Foto : esdm.seruu.com
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengungkapkan, perkembnagan kerjasama International Tripartite Rubber Council (ITRC) tidak sesuai harapan pemerintah. Keinginan awal bisa mengendalikan volume produksi dan ekspor karet ketiga negara itu tidak tercapai. “Padahal yang diharapkan, dengan pengendalian ekspor, bisa mendongkrak harga karet dunia,” ujar Rusman.

Tapi ternyata ITRC tidak efektif dalam mempengaruhi Vietnam yang sesungguhnya sekarang sudah menjadi negara produsen tiga besar dunia mengalahkan Malaysia. Vietnam tidak mau masuk ITRC. Ketika ketiga negara mengendalikan harga karet, Vietnam malah mengisi pasar. “Jadi suplai karet dunia tetap tinggi,” tandasnya.


Kata Rusman, ini momentum untuk melakukan replanting karet. Indonesia tidak perlu menggenjot produksi. Saatnya tepat  untuk peremajaan pohon karet. Ada Gerakan Nasional Karet dari Kementerian Pertanian untuk meremajakan pohon karet rakyat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar