Kementerian pertanian (kementan) Menargetkan tahun 2013 produksi kedelai Mencapai 1,5 juta ton. Ini sulit tercapai Lantaran keterlambatan penyediaan benih Kedelai dan tidak adanya bantuan permodalan Untuk petani kedelai.
foto:lst |
Badan Pusat statistik
(BPS) mencatat produksi kedelai pada tahun 2013 (ARAM I) diperkirakan 847,16
ribu ton biji kering atau mengalami peningkatan sebesar
4,00 ribu ton (0,47 persen) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi
tersebut diperkirakan terjadi di luar Jawa sebesar 4,85 ribu ton. Sementara di
jawa produksi kedelai diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,84 ribu ton.
Peningkatan produksi
kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan
luas panen 0,69% atau seluas 3,94 ribu hektar
(ha). Produktivitas diperkirakan
mengalami penurunan 0,20% sebesar 0,03
kuintal/hektar (0,20 persen).
Sementara produksi
kedelai pada tahun 2012 (ATAP) sebesar 843,15 ribu ton
biji kering atau mengalami penurunan sebesar
8,13 ribu ton (0,96 persen) dibandingkan tahun 2011.
Kata Wakil Menteri
Pertanian Rusman Heriawan, untuk mencapai target swasembada kedelai tahun 2014 masih
mempunyai kendala. Masalah yang dihadapi
adalah keterlambatan distribusi subsidi benih belum bisa tepat waktu pada musim
tanam untuk memenuhi kebutuhan petani. Ini yang harus segera direalisasikan
agar waktu tanam kedelai tidak tergganggu.
Petani membutuhkan
benih kedelai unggul. Ini sesuai dengan target
Kementerian Pertanian, produksi kedelai sebesar 1,5 juta ton di tahun
ini. Target ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sekitar 850.000 ton. “Minimal produksi kedelai tahun ini bisa
mencapai 1 juta ton. Itu sudah baik, karena ada prioritas tahun ini produksi bisa naik,” ujar Rusman.
Rusman pesimis karena
realisasi produksi kedelai lokal hingga semester I 2013 baru mencapai 500.000
ton atau 33% dari target. Dia menambahkan, adanya anomali cuaca mempengaruhi musim
tanam. Kedelai adalah salah satu tanaman yang sensitif terhadap perubahan
iklim. “Ketika mau menanam kedelai, ada hujan. Kedelai itu sensitive. Kalau
tanam bijinya pada waktu hujan itu busuk tanaman kedelainya. Akhirnya menunggu
sampai musim kering.”
Sementra itu, Direktur
Aneka Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Kementan Maman Suherman mengatakan,untuk
pertanaman kedelai sekitar 600.000 ha dan stimulus yang dilakukan oleh Kementan
melalui Sekolah Lapang Pertanian Tanaman
Terpadu (SLPTT) sekitar 455.000 ha.
Lahan kedelai yang sudah ada 600.00 ha ditingkatkan
produktivitasnya dari 1,4 ton per ha menjadi 1,7 ton per ha.Selain itu,
melakukan perluasan areal tanam 228.000 ha dengan memberi bantuan sarana
produksi secara lengkap dari benih, pupuk dan pestisida. Adanya stimulus dan regulasi
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) kedelai
ditargetkan tahun 2013 dihasilkan 1,5 juta ton. Sementara itu permintaaan
kedelai berkisar 2,5 juta ton. Target swasembada kedelai tahun 2014 mencapai
2,7 juta ton.
Tahun ini potensi
lahan ada di Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat,
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan dan Riau. Berdasarkan
perhitungan Maman, luas lahan kedelai tahun lalu mencapai 600.000 hektar(ha)
dan tahun ini direncanakan ada tambahan lahan sekitar 228.000 ha. Lantas ada
190.000 ha milik petani swadaya dengan produktivitas sebesar 1,6 ton per ha. Tahun
ini target luas tanam 1 juta ha dengan rata-rata produktivitas 1,5 ton per ha.
Ada faktor harga yang
menarik, motivasi petani meningkat untuk menanam kedelai. “Petani mulai bergairah
menaman kedelai karena adanya penetapan harga pembelian pemerintah (HPP)
sebesar Rp 7.000 per kilogram,” ujar Maman.
Menurutnya, tahun
depan harus ada tambahan lahan seluas 600.000 ha,
jadi luas lahan kedelai nasioanal menjadi 1,6
juta ha. Pemerintah berencana menambah areal kedelai mencapai 340.000 ha.
Sisanya tambahan lahan kedelai pada petani swadaya 260.000 ha. Potensi ada
sekitar 460.000 ha dan paling besar ada di wilayah Aceh.
“Kedelai akan
dikembangkan di 20 propinsi yakni Aceh, Sumatera Utara,
Jambi, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Kalimantan Selatan, Papua Barat dan Papua.
Faktor kunci untuk
mencapai swsembada kedelai adalah penambahan
areal. Luas lahan 1,6 juta ha dengan rata-rata
produktivitas 1,7 ton per ha, Maka diperoleh produksi mencapai 2,7 juta ton.
Perum Bulog bisa
berperan sebagai stabilisasi harga kedelai di tingkat petani. Agar ketika
petani kedelai panen harga kedelai tidak jatuh. Selain itu, harga kedelai di
kalangan industri tahu tempe dapat stabil sekitar Rp 8.000 per kilogram.
Regulasi Bulog tujuanya agar harga kedelai petani sekitar Rp 7.000 per
kilogram. impor kedelai 90 persen dari Amerika Serikat dan sisanya Argentina.
Maman mengatakan,
produktivitas kedelai juga bisa meningkat dari 1,5
ton per ha menjadi 1,7 ton per ha. Maka
dari hasil perhitungan tahun 2014
produksi kedelai mencapai 2,7 juta ton.
“Kami tetap optimis swasembada kedelai dapat terwujud,” pungkas Maman Winarno
Tohir Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan, adanya
HPP kedelai petani mulai bergairah penanam kedelai. Hanya saja masih lambat
lantaran petani habis masa panen gadu. Ketika ingin menanam kedelai benihnya
tidak ada. “Subsidi benih kedelai dari Kementan itu terlambat, ini juga terjadi
pada padi, tebu dan jagung. Imbasnya petani tidak dapat menanam,” tukasnya.
Selain itu, katanya,
dalam mengembangkan kedelai harus diiringi dengan bantuan permodalan, pupuk dan
pengolahan tanah. Namun yang penting benih, karena diperkirakan tahun depan
petani akan banyak menanam kedelai. Sekarang tinggal kesiapan Perum Bulog untuk
menampung kedelai petani, walaupun tidak banyak. Tahun ini produksi kedelai diperkirakan
mencapai 800.000 ton dan tahun 2014
berkisar 1,1 juta.
Menurutnya, sekarang
sudah ada benih unggul kedelai yang dapat menghasilkan 1,5 ton per ha, karena biasanya
maksimal produktivitas mencapai 1 ton per ha. Benih unggul juga menghasilkan
kedelai yang berukuran besar. Petani berharap para pengrajin tahu tempe juga
mau membeli kedelai lokal. Dahulu ada persaingan antara kedelai lokal dan impor
karena kedelai impor lebih besar ukurannya, akibatnya pengrajin lebih suka
kedelai impor. “Ini sudah terjadi puluhan tahun lalu,” ujarnya.
Sementara kebutuhan
kedelai dalam negeri mencapai 2,5 juta ton. Kemampuan produksi sebesar 800.000 ton
dan sisanya sebanyak 1,6 juta ton impor. Lantas naiknya nilai tukar rupiah
terhadap mata uang dollar ini membawa berkah kepada petani kedelai.“Untuk
mencapai target swasembada kedelai tahun 2014 itu sulit. Apalagi petani menanam
kedelai merupakan alternatif ketiga setelah padi dan jagung,” tandasnya.
Winarno menegaskan,
ada program penambahan luas areal kedelai serta peningkatan produktivitas oleh
Kementan itu hanya sebatas pernyataan. Sulit bagi petani untuk meningkatkan
produktivitas karena mereka bukan mesin. Ini sulit diapliksikan di lapangan
karena petani tidak dibantu permodalan dan benih. “Swasembada kedelai tidak
akan tercapai,” ujarnya. beledug
bantolo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar