Jumat, 08 November 2013

Produksi kedelai Jauh dari Target

Kementerian pertanian (kementan) Menargetkan tahun 2013 produksi kedelai Mencapai 1,5 juta ton. Ini sulit tercapai Lantaran keterlambatan penyediaan benih Kedelai dan tidak adanya bantuan permodalan Untuk petani kedelai. 
foto:lst
Badan Pusat statistik (BPS) mencatat produksi kedelai pada tahun 2013 (ARAM I) diperkirakan 847,16 ribu ton biji kering atau mengalami  peningkatan sebesar 4,00 ribu ton (0,47 persen) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi tersebut diperkirakan terjadi di luar Jawa sebesar 4,85 ribu ton. Sementara di jawa produksi kedelai diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,84 ribu ton.


Peningkatan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan
luas panen 0,69% atau seluas 3,94 ribu hektar (ha). Produktivitas diperkirakan
mengalami penurunan 0,20% sebesar 0,03 kuintal/hektar (0,20 persen).

Sementara produksi kedelai pada tahun 2012 (ATAP) sebesar 843,15 ribu ton
biji kering atau mengalami penurunan sebesar 8,13 ribu ton (0,96 persen) dibandingkan tahun 2011.

Kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan, untuk mencapai target swasembada kedelai tahun 2014 masih mempunyai kendala.  Masalah yang dihadapi adalah keterlambatan distribusi subsidi benih belum bisa tepat waktu pada musim tanam untuk memenuhi kebutuhan petani. Ini yang harus segera direalisasikan agar waktu tanam kedelai tidak tergganggu.

Petani membutuhkan benih kedelai unggul. Ini sesuai dengan target  Kementerian Pertanian, produksi kedelai sebesar 1,5 juta ton di tahun ini. Target ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sekitar 850.000 ton.  “Minimal produksi kedelai tahun ini bisa mencapai 1 juta  ton. Itu sudah baik, karena ada prioritas  tahun ini produksi bisa naik,” ujar Rusman.

Rusman pesimis karena realisasi produksi kedelai lokal hingga semester I 2013 baru mencapai 500.000 ton atau 33% dari target. Dia menambahkan, adanya anomali cuaca mempengaruhi musim tanam. Kedelai adalah salah satu tanaman yang sensitif terhadap perubahan iklim. “Ketika mau menanam kedelai, ada hujan. Kedelai itu sensitive. Kalau tanam bijinya pada waktu hujan itu busuk tanaman kedelainya. Akhirnya menunggu sampai musim kering.”

Sementra itu, Direktur Aneka Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Kementan Maman Suherman mengatakan,untuk pertanaman kedelai sekitar 600.000 ha dan stimulus yang dilakukan oleh Kementan melalui  Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu (SLPTT) sekitar 455.000 ha.

Lahan  kedelai yang sudah ada 600.00 ha ditingkatkan produktivitasnya dari 1,4 ton per ha menjadi 1,7 ton per ha.Selain itu, melakukan perluasan areal tanam 228.000 ha dengan memberi bantuan sarana produksi secara lengkap dari benih, pupuk dan pestisida. Adanya stimulus dan regulasi Harga Pembelian Pemerintah (HPP)  kedelai ditargetkan tahun 2013 dihasilkan 1,5 juta ton. Sementara itu permintaaan kedelai berkisar 2,5 juta ton. Target swasembada kedelai tahun 2014 mencapai 2,7 juta ton.

Tahun ini potensi lahan ada di Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan dan Riau. Berdasarkan perhitungan Maman, luas lahan kedelai tahun lalu mencapai 600.000 hektar(ha) dan tahun ini direncanakan ada tambahan lahan sekitar 228.000 ha. Lantas ada 190.000 ha milik petani swadaya dengan produktivitas sebesar 1,6 ton per ha. Tahun ini target luas tanam 1 juta ha dengan rata-rata produktivitas 1,5 ton per ha.

Ada faktor harga yang menarik, motivasi petani meningkat untuk menanam kedelai. “Petani mulai bergairah menaman kedelai karena adanya penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 7.000 per kilogram,” ujar Maman. 

Menurutnya, tahun depan harus ada tambahan lahan seluas 600.000 ha,
jadi luas lahan kedelai nasioanal menjadi 1,6 juta ha. Pemerintah berencana menambah areal kedelai mencapai 340.000 ha. Sisanya tambahan lahan kedelai pada petani swadaya 260.000 ha. Potensi ada sekitar 460.000 ha dan paling besar ada di wilayah Aceh.

“Kedelai akan dikembangkan di 20 propinsi yakni Aceh, Sumatera Utara,
Jambi, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, Papua Barat dan Papua.

Faktor kunci untuk mencapai swsembada kedelai adalah penambahan
areal. Luas lahan 1,6 juta ha dengan rata-rata produktivitas 1,7 ton per ha, Maka diperoleh produksi mencapai 2,7 juta ton.

Perum Bulog bisa berperan sebagai stabilisasi harga kedelai di tingkat petani. Agar ketika petani kedelai panen harga kedelai tidak jatuh. Selain itu, harga kedelai di kalangan industri tahu tempe dapat stabil sekitar Rp 8.000 per kilogram. Regulasi Bulog tujuanya agar harga kedelai petani sekitar Rp 7.000 per kilogram. impor kedelai 90 persen dari Amerika Serikat dan sisanya Argentina.

Maman mengatakan, produktivitas kedelai juga bisa meningkat dari 1,5
ton per ha menjadi 1,7 ton per ha. Maka dari hasil perhitungan tahun 2014
produksi kedelai mencapai 2,7 juta ton. “Kami tetap optimis swasembada kedelai dapat terwujud,” pungkas Maman Winarno Tohir Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan, adanya HPP kedelai petani mulai bergairah penanam kedelai. Hanya saja masih lambat lantaran petani habis masa panen gadu. Ketika ingin menanam kedelai benihnya tidak ada. “Subsidi benih kedelai dari Kementan itu terlambat, ini juga terjadi pada padi, tebu dan jagung. Imbasnya petani tidak dapat menanam,” tukasnya.

Selain itu, katanya, dalam mengembangkan kedelai harus diiringi dengan bantuan permodalan, pupuk dan pengolahan tanah. Namun yang penting benih, karena diperkirakan tahun depan petani akan banyak menanam kedelai. Sekarang tinggal kesiapan Perum Bulog untuk menampung kedelai petani, walaupun tidak banyak. Tahun ini produksi kedelai diperkirakan mencapai 800.000 ton dan tahun 2014  berkisar 1,1 juta.

Menurutnya, sekarang sudah ada benih unggul kedelai yang dapat menghasilkan 1,5 ton per ha, karena biasanya maksimal produktivitas mencapai 1 ton per ha. Benih unggul juga menghasilkan kedelai yang berukuran besar. Petani berharap para pengrajin tahu tempe juga mau membeli kedelai lokal. Dahulu ada persaingan antara kedelai lokal dan impor karena kedelai impor lebih besar ukurannya, akibatnya pengrajin lebih suka kedelai impor. “Ini sudah terjadi puluhan tahun lalu,” ujarnya.

Sementara kebutuhan kedelai dalam negeri mencapai 2,5 juta ton. Kemampuan produksi sebesar 800.000 ton dan sisanya sebanyak 1,6 juta ton impor. Lantas naiknya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar ini membawa berkah kepada petani kedelai.“Untuk mencapai target swasembada kedelai tahun 2014 itu sulit. Apalagi petani menanam kedelai merupakan alternatif ketiga setelah padi dan jagung,” tandasnya.

Winarno menegaskan, ada program penambahan luas areal kedelai serta peningkatan produktivitas oleh Kementan itu hanya sebatas pernyataan. Sulit bagi petani untuk meningkatkan produktivitas karena mereka bukan mesin. Ini sulit diapliksikan di lapangan karena petani tidak dibantu permodalan dan benih. “Swasembada kedelai tidak akan tercapai,” ujarnya. beledug bantolo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar