foto: Bimo |
Ketua Umum Masyarakat Agribisnis dan
Agroindustri Indonesia (MAI) Fadel Muhammad mengatakan,Indonesia mempunyai potensi
agribisnis dan agroindustri sangat besar. Untuk itu perlu dukunganbagi pengembangan
di tingkat lokal. Tidak ada alasan harga produk pertanian lokal lebih mahal dbandingkan
harga produk pertanian impor. “Harga kita cukup kompetitif dan murah
dibandingkan produk impor,” ujarnya.
Akan tetapi, dibuka keran impor
dan petani dibiarkan seperti sekarang. Maka lama-kelamaan produk pertanian lokal
mati dan sulit berkembang. “Intinya kita harus membendung produk pertanian
impor yang membanjiri pasar. Saat ini kita membiarkan pangan impor masuk ke Indonesia,” tegasnya pada Agrofarm.
Padahal, katanya,
Indonesia mempunyai keunggulan, yakni musim yang baik untuk menanam tanaman
pangan. Bayangkan dahulu Iran negara terbesar pengimpor gandum di dunia, sekarang negara itu menjadi
pengekspor gandum terbesar di dunia. Negara itu memprioritaskan untuk meningkatkan produksi pangan, karena tidak ingin komoditas pangan berasal dari impor. Untuk itu, Indonesia
harus belajar dari Iran untuk menyetop impor pangan.
“Ada alasan musti
impor karena produksi pangan dalam negeri tidak cukup. Itu kebohongan publik
dan manipulasi data. Jadi harus ditumbuhkan semangat, bahwa pangan lokal harus dikembangkan dan tidak ada alasan
untuk impor,” ungkap Fadel ketika berdiskusi di kantornya.
Fadel mencontohkan,
pemerintah terlalu mudah memberikan izin impor produk hortikultura dan pangan.
Kebijakan ini memiliki implikasi yang buruk bagi pertanian dalam negeri. Kebijakan impor menunjukkan ketidakberpihakan pemerintah terhadap pertanian lokal.
Menurutnya,
pemerintah membela petani dengan membatasi impor karena impor bukanlah solusi
yang dapat menyelesaikan masalah pangan Indonesia. “Impor adalah solusi jangka
pendek, bukan solusi final,” tukasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar