Rabu, 30 Oktober 2013

Isran Noor: Ketergantungan Impor Harus Dihentikan

                               foto: Bimo

Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten  Seluruh Indonesia (Apkasi) Isran Noor mengatakan, lahan pertanian di Jawa sudah banyak beralihfungsi menjadi perumahan dan pabrik. Kalau sekarang  tidak ada kemauan politik dari pemerintah pusat, maka bupati atau walikota tidak bisa mengerem konversi lahan pertanian.

Isran menambahkan, Pulau Jawa adalah lahan pertanian paling produktif untuk produksi pangan nasional. Konversi lahan di Jawa setiap tahun sekitar puluhan ribu hektar. Salah satu cara mengatasinya adalah melakukan ekstensifikasi lahan di luar Pulau Jawa. “Potensinya ada di daerah Kalimantan, Sumatera dan Papua,” katanya.

“Ada kekeliruan dalam kebijakan pangan yakni pada tahun 1984 ketika terjadi swasembada beras. Semua wilayah di Indonesia itu disuruh mengkonsumsi nasi. Dahulunya penduduk Ambon dan Papua makan sagu, disuruh mengkonsumsi beras dan daerah Nusa Tenggara Timur masyarakatnya makan jagung diganti makan beras. Akibatnya volume konsumsi beras semakin besar,” ungkapnya.

Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah harus melakukan kebijakan diversifikasi pangan. Misalnya di daerah Depok ada program one day no rice dan itu musti dicontoh di setiap daerah di Indonesia.

Untuk memperbaiki tata niaga di sektor pertanian, Apkasi berencana mengaktifkan terminal agrobisnis, untuk memfasilitasi transaksi pertanian dan pangan antar daerah. “Saat ini para bupati dan walikota sepakat memperbaiki pembangunan pertanian, dan ada 57 ribu penyuluh yang siap membantu petani,” katanya.

Isran menyebutkan, ketergantungan impor pangan dan hortikultura harus mulai dihentikan. Kemudian, pertanian dan pangan lokal dikembangkan. Jika dahulu terminal agrobisnis yang mempertemukan produsen pangan dan pasar, maka saat ini perlu diaktifkan kembali sehingga potensi lokal lebih berkembang dibandingkan produk impor.

Dalam terminal agrobisnis, konsumen bisa membeli hasil panen petani, karena terminal menjadi ajang jual-beli, sekaligus edukasi dan konseling bagi petani. Selain itu, di daerah terminal agrobisnis, juga akan disertai pembentukan balai koordinasi penyuluh (bakorluh) untuk petani yang
ingin berkonsultasi.  beledug bantolo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar